PROJABAR.COM - Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan bahwa tingkat kesulitan masuk perguruan tinggi negeri tersebut disebabkan oleh kapasitas penerimaan yang terbatas dan persaingan yang sangat ketat. Rektor ITB mengungkap fakta bahwa beberapa program studi, seperti Komputasi di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), hanya menerima 0,5% siswa terbaik se-Indonesia.
Baca Juga: Skema MBG di Libur Nataru: Siswa Dapat Paket Awal, Distribusi Lanjut via Sekolah atau Antar-Jemput
Mengangkat penjelasan resmi dari Rektor ITB mengenai faktor-faktor yang menyebabkan seleksi masuk kampus tersebut dikenal sangat sulit. Poin utama yang diungkapkan adalah kuota penerimaan mahasiswa baru yang tidak besar dan sistem seleksi yang sangat kompetitif, khususnya untuk program studi favorit.
Penjelasan ini disampaikan oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T. (sering disapa Tata), melalui akun YouTube resmi ITB pada Minggu, 21 Desember 2025. Pandangannya ditujukan kepada calon mahasiswa dan masyarakat yang ingin memahami proses seleksi di ITB.
Pernyataan ini disampaikan di Bandung, Jawa Barat, sebagai lokasi kampus utama ITB. Penjelasan tersebut kemudian disebarluaskan melalui kanal media sosial resmi institusi dan dilaporkan oleh media.
Penjelasan ini disampaikan dan diterbitkan pada 21 Desember 2025. Informasi ini menjadi relevan bagi para calon mahasiswa yang akan mempersiapkan diri menghadapi seleksi masuk perguruan tinggi pada tahun-tahun berikutnya.
Menurut Rektor, kesulitan masuk ITB disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, kapasitas ITB yang hanya menerima sekitar 5.000 mahasiswa baru setiap tahunnya. Kedua, seleksi dirancang untuk menyaring calon mahasiswa dengan kompetensi dan prestasi tertinggi.
Tata mencontohkan tingkat seleksi yang ekstrem pada program studi tertentu. Untuk bidang Komputasi di STEI, hanya 0,5% terbaik dari lulusan SMA se-Indonesia yang diterima. Sementara, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) menerima sekitar 2,5% terbaik.
ITB menerapkan beberapa jalur seleksi ketat, yaitu Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Seleksi Nasional Berdasar Tes (SNBT), Seleksi Siswa Unggul (SSU) yang menggantikan jalur mandiri, serta International Undergraduate Program (IUP). Rektor menekankan bahwa semua jalur ini bertujuan mendapatkan mahasiswa dengan integritas, kreativitas, dan semangat kolaborasi.
Sebagai saran konkret, Tata mendorong calon mahasiswa untuk mempersiapkan diri dengan serius. “Jadi kurangi main TikTok dan Instagram. Buka buku yang betul ya,” pesannya. Ia mengingatkan bahwa untuk bersaing di tingkat teratas, diperlukan fokus dan disiplin belajar yang tinggi.
Baca Juga: Bocoran Dokumen Skenario Pertemuan Lirboyo Beredar, PBNU Ingatkan Mekanisme Organisasi
Artikel Terkait
Bank Sentral Jepang Akhiri Era Suku Bunga Ultra-Rendah, Naikkan Suku Bunga Tertinggi Sejak 1995
Warga Bandung Dikejutkan Benda Mirip Bom, Pengamanan Gereja di Jabar Diperketat Jelang Natal
upati Bekasi Ade Kuswara Kunang Ditahan KPK, Diduga Terima Suap Ijon Proyek Rp14,2 Miliar
UMP Jawa Barat 2026 Diproyeksi Naik Rp110 Ribu hingga Rp155 Ribu, Ditetapkan Paling Lambat 24 Desember
KPK tetapkan Bupati Bekasi Ade Kuswara, 32 tahun, sebagai tersangka suap uang ijon proyek. Harta kekayaannya tercatat Rp 79,1 miliar.
Prabowo Ambil Langkah Strategis: PP Baru Ditempuh untuk Akhiri Polemik Jabatan Sipil bagi Polri
BPS Resmi Luncurkan KBLI 2025, Klasifikasi Usaha Diperbarui untuk Jawab Tantangan Zaman
BEI Cabut Saham PADA dari Papan Pemantauan FCA, Kinerja YTD Melonjak 1.600%
Skema MBG di Libur Nataru: Siswa Dapat Paket Awal, Distribusi Lanjut via Sekolah atau Antar-Jemput
Bocoran Dokumen Skenario Pertemuan Lirboyo Beredar, PBNU Ingatkan Mekanisme Organisasi