Adab Terhadap Guru: Fondasi Kekuatan Spiritual, Intelektual, dan Moral Umat

photo author
- Rabu, 26 November 2025 | 11:09 WIB
Hari Guru (Pebrian Erdiana H)
Hari Guru (Pebrian Erdiana H)

PROJABAR.COM -25 NOVEMBER 2025, Hari Guru selalu menjadi momen penting untuk kembali merenungkan peran besar seorang pendidik dalam membentuk arah masa depan umat. Guru bukan hanya penyampai pelajaran, tetapi juga penjaga ilmu, pembimbing akhlak, dan penuntun spiritual. Dalam tradisi Islam, posisi guru sangat mulia karena mereka mewariskan cahaya ilmu yang menjadi pilar berkembangnya peradaban. Maka, adab kepada guru bukan sekadar bentuk sopan santun, tetapi juga wujud penghormatan terhadap ilmu dan orang yang mengajarkannya. Ia adalah fondasi yang meneguhkan kekuatan spiritual, intelektual, dan moral umat.

Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang beriman dan berilmu. Firman-Nya dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Para mufassir seperti Imam A t-Thabari dan Ibn Katsir menjelaskan bahwa orang-orang berilmu yang dimaksud mencakup para alim ulama dan guru yang menjaga, mendidik, serta menyebarkan ilmu. Dengan memuliakan mereka, kita sesungguhnya sedang memuliakan ilmu serta jalan yang mengantarkan kita kepada kedekatan dengan Allah.

Baca Juga: Siswa Indonesia Menuntut Pengakuan: Kapan Hari Nasional Kita?

Rasulullah ﷺ juga menguatkan makna itu melalui sabdanya:

“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa perjalanan menuntut ilmu adalah jalan ibadah. Dan di balik setiap perjalanan ilmu, selalu ada sosok guru yang membimbing arah langkah murid agar tidak menyimpang dari cahaya kebenaran. Karena itu, memuliakan guru menjadi bagian dari memuliakan ilmu dan agama.

Sejak masa klasik, ulama memberikan perhatian besar terhadap hubungan murid dan guru. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulum al-Din menggambarkan bahwa murid hendaknya rendah hati, bersungguh-sungguh menuntut ilmu, menjaga kehormatan guru, serta mencintainya karena Allah. Sikap ini bukan formalitas, tetapi cermin kesiapan ruhani seorang murid dalam menerima ilmu yang berkah.

Baca Juga: Rahmah El Yunusiyah Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Dedikasi untuk Pendidikan Perempuan Diakui Negara

Imam Al-Qarafi menambahkan bahwa penghormatan tidak berhenti di ruang belajar. Di luar majelis, murid tetap berkewajiban menjaga nama baik dan mendoakan guru. Penghormatan yang utuh inilah yang kelak melahirkan keberkahan ilmu.

Dalam konteks modern, Syeikh Yusuf al-Qaradawi mengingatkan bahwa penghargaan kepada guru harus diwujudkan secara moral maupun material. Guru adalah pilar pendidikan umat, karenanya profesi mereka harus dihargai secara layak, bukan sekadar dipuji dalam seremoni tahunan.

Di era digital, hubungan murid dan guru mengalami perubahan besar. Teknologi memberi kemudahan akses ilmu, namun sekaligus menyisakan tantangan serius, hilangnya kedekatan personal dan melemahnya adab. Banyak siswa yang belajar dari internet, tetapi kehilangan penghormatan terhadap guru yang selama ini menjadi pembimbing langsung. Media sosial dan konten digital sering kali menggantikan peran otoritas keilmuan tradisional, sehingga murid terjebak pada pola belajar yang cepat tetapi dangkal.

Baca Juga: Kalender Pendidikan Jawa Barat 2025/2026: Ini Semua Tanggal Penting untuk TK hingga SMA

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Pebrian Erdiana Himawann

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

7 Universitas Terbaik di Bandung

Sabtu, 15 November 2025 | 12:15 WIB
X