PROJABAR.COM - Setiap 25 November, guru mendapat penghormatan. Setiap 22 Oktober, santri merayakan perannya. Tapi di mana pengakuan untuk 25 juta siswa Indonesia yang menjadi tulang punggung bangsa? Inilah pertanyaan yang menggema di koridor sekolah dan media sosial.
Baca Juga: Hari Santri Diakui Negara, Hari Siswa Masih Terabaikan: Raksasa Demografis yang Dibuat Tak Bernama
Suara yang Terpinggirkan dalam Sistem Pendidikan
Fakta mengejutkan: Indonesia adalah negara keempat di dunia dengan populasi pelajar terbesar, namun suara mereka justru paling jarang didengar. Sementara guru dan santri sudah lama diakui negara, siswa justru sering menjadi objek kebijakan tanpa melibatkan aspirasi mereka.
"Kami bukan sekadar angka dalam rapor. Kami punya suara, ide, dan hak untuk didengar," ungkap seorang pengurus OSIS di Jakarta yang enggan disebut namanya.
Perbandingan yang Menyakitkan: Mengapa Siswa Tidak Dianggap?
Lihatlah fakta ini:
Hari Guru Nasional sudah ditetapkan sejak 1994 melalui Keputusan Presiden No. 78 Tahun 1994. Peringatan ini menghormati jasa para pahlawan tanpa tanda jasa.
Hari Santri Nasional resmi ditetapkan tahun 2015 melalui Keputusan Presiden No. 22 Tahun 2015, mengakui kontribusi santri dalam perjuangan bangsa.
Tapi Hari Siswa Nasional? Nol. Tidak ada. Hanya angan-angan.
Darah Segar Bangsa yang Terlupakan
Yang lebih memprihatinkan, ketiadaan pengakuan ini mencerminkan pola pikir sistemik yang meminggirkan peran siswa. Padahal, data menunjukkan 68% inovasi pendidikan justru berasal dari ide-ide segar pelajar.
Beberapa fakta yang perlu diketahui:
-
Siswa Indonesia kerap menjuarai olimpiade sains internasional
-
Gerakan lingkungan dipelopori oleh aktivis pelajar
-
Inovasi teknologi banyak lahir dari pemikiran anak muda
Tapi tanpa pengakuan resmi, semua prestasi ini seperti bayang-bayang dalam gelap.
Baca Juga: Refleksi: Antara Keyakinan, Ilusi, dan Kekosongan
Artikel Terkait
Gelar Janda, Antara Stigma dan Standar Ganda
Ketika Arisan jadi Irisan, Gosip Lebih Lancar daripada Setoran Hambar
Kalau Enggak Basa-Basi Ya Basa-Asam, Seasam Fluoroantimonat
Tirai Digital: Literasi Digital sebagai Benteng Melawan Hoax dan Penipuan Online
Tirai Digital: Pergeseran Budaya Komunikasi di Era Media Sosial
Antara Cinta dan Kepemilikan, Sebuah Emosi dan Ego yang Saling Tindih
Cinta dan Kepemilikan, Kajian Filosofis Mengenai Keserakahan dan Kearoganan
Kesadaran Materi dan Akal: Telaah Kritis dalam Konteks Digital dan Masyarakat Modern 2025
Strategi Elit UNESCO di Indonesia: Ciptakan Juara Lokal, Tapi Siapa Urus Skala Nasional?
Transformasi UNESCO di Indonesia: Dari Literasi Dasar ke Digital, Tantangan Keberlanjutan