PROJABAR.COM - Pada 17 Oktober 2017, lembaga riset National Security Archive (NSA) bekerja sama dengan National Declassification Center (NDC) AS memublikasikan kumpulan arsip ~30.000 halaman dari U.S. Embassy in Jakarta yang mencakup periode 1964-1968. nsarchive.gwu.edu
Baca Juga: Siswa Indonesia Menuntut Pengakuan: Kapan Hari Nasional Kita?
Dokumen-dokumen tersebut memperlihatkan bahwa pemerintah AS memiliki pengetahuan rinci mengenai kampanye pembunuhan massal terhadap tersangka anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan telah memberikan dukungan melalui berbagai bentuk bagi militer Indonesia. Human Rights Watch
Rilis ini mencakup dokumen kedutaan AS dari Jakarta yang terdiri dari telegram, laporan pejabat diplomatik, memo internal, dan analisis situasi yang sebelumnya diklasifikasikan. The NDC Blog
Beberapa kutipan dokumen mengungkap bahwa “many provinces appear to be successfully meeting this problem by executing their PKI prisoners, or by killing them before they are captured.” Human Rights Watch
Dokumen-dokumen ini berasal dari pejabat diplomatik AS (seperti duta besar, konsul, staf politik), militer Indonesia (termasuk komando Angkatan Darat), serta aktor lokal seperti kelompok milisi, partai dan organisasi keagamaan yang terlibat dalam kampanye anti-PKI. nsarchive.gwu.edu
Fokusnya di Indonesia khususnya dalam wilayah yang menjadi pusat pembantaian seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi dan juga di Kedutaan AS di Jakarta serta konsulat-nya (misalnya Surabaya). Human Rights Watch
-
Periode pengumpulan dokumen: 1964-1968. nsarchive.gwu.edu
-
Rilis publik: 17 Oktober 2017. Voice of America
-
Peristiwa utama yang dilaporkan: terutama Oktober–Desember 1965 (pasca Gerakan 30 September / G30S). nsarchive.gwu.edu
Dokumen-dokumen ini penting karena:
-
Memberi bukti tambahan bahwa AS tidak hanya menonton, tapi memiliki pengetahuan dan dalam beberapa kasus membantu proses represi massal di Indonesia. Human Rights Watch
-
Menjadi dasar untuk rekonsiliasi dan pembuktian historis bagi korban dan keluarga korban. nsarchive.gwu.edu
Namun, meskipun signifikansinya besar dalam ranah ilmu sejarah dan hak asasi manusia, isu ini tidak menjadi viral di masyarakat karena berbagai faktor (emosi publik rendah, kompleksitas, persaingan dengan isu politik kontemporer).
Prosesnya: NDC memproses deklasifikasi koleksi “Classified Central Subject Files, U.S. Embassy Djakarta, 1963-1969” dan NSA melakukan digitalisasi ~30.000 halaman agar tersedia publik. The NDC Blog+1 Beberapa dokumen tetap diklasifikasi dan ditargetkan untuk rilis redaksional pada 2018. The NDC Blog
Artikel Terkait
Di Balik Retorika: Mengurai Kontradiksi dan Kelemahan Fatal Strategi Literasi UNESCO di Indonesia
Pergeseran Ancaman Moral: Mengapa Potensi Kejahatan Manusia Melampaui Dosa Iblis
Melampaui Tragedi Nasional: Memaknai Hari Hak Penistaan Agama Internasional di Tanggal 30 September
Melampaui Sang Penggoda: Ketika Potensi Kejahatan Manusia Melebihi Dosanya Iblis
Menggugat Budaya Kampus: Antara Tradisi dan Tantangan Menuju Lingkungan Pendidikan yang Lebih Bermakna
Menilik Masalah Terbesar Pendidikan Indonesia di Tengah Gaung Merdeka Belajar
Solusi Hijau dari Dapur: Panduan Lengkap Membuat, Fungsi, dan Manfaat Eco-Enzyme
Ketika Narasi Religi Jadi Fiksi: Alasan Penggambaran Iblis ala Drama Korea “Genie Make a Wis” Menjadi Kontraversi
IMDI 2025: Lanskap Digital Indonesia yang Pincang, Pemerataan Hanya Retorika?
Mengatasi Fenomena Ritual Agama yang Kehilangan Makna: Dari Formalitas Menuju Transformasi Spiritual