PROJABAR.COM - Wilayah Jawa Barat mengalami aktivitas tektonik dan cuaca yang signifikan sepanjang November 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung mencatat total 108 kejadian gempa bumi serta lebih dari satu juta sambaran petir dalam periode tersebut.
Apa saja rincian dari gempa-gempa tersebut? Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa guncangan terbesar bermagnitudo 3,8 dan yang terkecil 1,0. Dari seluruh kejadian, hanya delapan gempa yang dirasakan oleh masyarakat.
Baca Juga: Jawa Barat Puncaki Daerah Paling Rawan Banjir dan Longsor dalam 16 Tahun Terakhir, BMKG Ingatkan Masa Kritis Nataru
Dimana dan Kapan Guncangan Terjadi?
Secara spasial, 66 kejadian gempa berpusat di darat, sedangkan 42 lainnya berpusat di laut. Mayoritas gempa (97 kejadian) merupakan gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 60 kilometer.
Salah satu gempa yang cukup dirasakan terjadi pada 20 November 2025 pukul 00.31 WIB. Gempa berkekuatan 3,4 itu berpusat di 20 km Tenggara Kabupaten Bandung pada kedalaman 3 km. Getarannya dirasakan di Pangalengan dengan skala III-IV MMI, serta di Banjaran, Ibun, dan sekitarnya pada skala II-III MMI.
Mengapa Gempa Terjadi?
Menurut analisis BMKG, gempa bumi yang terjadi, termasuk yang dirasakan pada 4 November 2025 di Pangalengan, merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif. Hal ini menunjukkan dinamika tektonik lokal di wilayah Jawa Barat.
Bagaimana dengan Aktivitas Cuaca Ekstrem?
Selain gempa, fenomena cuaca ekstrem juga menonjol. BMKG mencatat 1.020.379 sambaran petir di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya selama November 2025.
Aktivitas petir tertinggi terjadi pada minggu pertama November, dengan total 435.384 kejadian. “Sambaran petir tertinggi terjadi di Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Garut,” jelas Teguh Rahayu.
Tingginya curah hujan menjadi faktor pendukung. Analisis BMKG menunjukkan, pada Dasarian II November 2025, wilayah Jawa Barat telah masuk musim hujan. Kondomena La Nina lemah yang aktif diperkirakan akan berlangsung hingga awal 2026, berpotensi meningkatkan curah hujan.
Apa Imbauan untuk Masyarakat?
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Masyarakat juga dihimbau menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat getaran gempa dan memastikan kondisi tempat tinggalnya.
Informasi resmi gempa dan peringatan dini cuaca dapat diakses melalui kanal komunikasi resmi BMKG. Kewaspadaan terhadap kedua bahaya ini, baik guncangan tanah maupun cuaca ekstrem, perlu terus ditingkatkan.
Baca Juga: Gubernur Dedi Mulyadi Resmi Terbitkan Moratorium Penebangan Hutan Jawa Barat untuk Dua Tahun
Artikel Terkait
Ketika Sekolah Tak Lagi Merdeka: Pendidikan Indonesia yang Tersandera Sistem
PENDIDIKAN INDONESIA: Krisis yang Tak Diakui, Masalah yang Tak Diselesaikan
Bahlil Janji Akan Evaluasi Aktivitas Pertambangan Pasca Banjir Bandang di Sumatera
Perdebatan Qur’an-Only vs Tradisi Hadis di Indonesia: Makna Shalat, Otoritas Ulama, dan Risiko Polarisasi
Ketika Alam Menegur Manusia: Ayat Kauniyah atas Keserakahan dan Kezaliman
Angka Fantastis! Belanja Daerah Kabupaten Bandung Tembus Rp 6,36 Triliun, Ini Fokus Utama Pembangunan
BNPB Melaporkan Sekiranya Ada 1,1 Juta Orang Mengungsi Pasca Banjir Bandang di Sumatera
Dedi Mulyadi Ungkap 80% Hutan Jawa Barat Rusak, Siapkan Program Rehabilitasi Libatkan Warga
Gubernur Dedi Mulyadi Resmi Terbitkan Moratorium Penebangan Hutan Jawa Barat untuk Dua Tahun
Jawa Barat Puncaki Daerah Paling Rawan Banjir dan Longsor dalam 16 Tahun Terakhir, BMKG Ingatkan Masa Kritis Nataru