Jawa Barat Puncaki Daerah Paling Rawan Banjir dan Longsor dalam 16 Tahun Terakhir, BMKG Ingatkan Masa Kritis Nataru

photo author
- Selasa, 2 Desember 2025 | 20:37 WIB
Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani. (Foto: Dok. BMKG)
Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani. (Foto: Dok. BMKG)

PROJABAR.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menetapkan Jawa Barat sebagai wilayah dengan kejadian banjir dan tanah longsor terbanyak dalam 16 tahun terakhir. Data ini diungkapkan Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani dalam rapat koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri pada Senin, 1 Desember 2025. Peringatan ini disampaikan menyusul tren peningkatan bencana hidrometeorologi dan potensi cuaca ekstrem yang mengancam jelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Baca Juga: Gubernur Dedi Mulyadi Resmi Terbitkan Moratorium Penebangan Hutan Jawa Barat untuk Dua Tahun

Paparan Data Resmi BMKG
Berdasarkan catatan 16 tahun terakhir, Jawa Barat menempati peringkat pertama untuk frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi, khususnya banjir dan tanah longsor. “Dalam periode 16 tahun terakhir, daerah yang mengalami bencana hidrometeorologi paling banyak, yaitu longsor dan banjir adalah peringkat pertama Jawa Barat, diikuti Jawa Tengah, lalu Jawa Timur,” jelas Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani. Setelah tiga provinsi Jawa, wilayah dengan catatan tinggi berikutnya adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan.

Tren Meningkat dan Jenis Bencana Dominan
Faisal menyatakan tren bencana hidrometeorologi secara nasional cenderung naik dalam satu setengah dekade terakhir. Untuk Jawa Barat, jenis bencana yang paling sering terjadi adalah hujan ekstrem, disusul kemudian oleh angin kencang. Secara umum, bencana yang mendominasi di Indonesia adalah hujan ekstrem, angin kencang, petir yang merusak infrastruktur, serta puting beliung.

Periode Kritis Jelang dan Saat Nataru
BMKG memetakan periode paling rawan terjadi pada 28 Desember 2025 hingga 10 Januari 2026. Pada rentang waktu tersebut, wilayah sekitar Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur berpotensi mengalami hujan tinggi hingga sangat tinggi. Ancaman ini terjadi bersamaan dengan puncak mobilitas masyarakat dan adanya anomali cuaca global.

Antisipasi dan Imbauan Kesiapsiagaan
Menghadapi ancaman ini, BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain aktif berkonsultasi dengan Balai Besar BMKG, menggelar rapat koordinasi dengan Forkopimda, serta memperkuat sistem respons dini. Masyarakat juga diminta memantau informasi cuaca terkini dari kanal resmi BMKG.

Operasi Modifikasi Cuaca dan Skala Ancaman
Untuk mengurangi dampak, BMKG bersama BNPB telah menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca di tiga bandara di Sumatera untuk memastikan kelancaran distribusi logistik bantuan. Operasi serupa dapat dijalankan di wilayah lain jika pemerintah daerah menetapkan status siaga darurat. Ancaman siklon tropis, meski Indonesia bukan jalur utama, tetap perlu diwaspadai karena dapat memicu hujan ekstrem lebih dari 380 mm/hari, seperti yang pernah terjadi di Aceh.

Konteks: Bencana di Jawa Barat Sebelumnya
Peringatan BMKG ini memiliki dasar historis yang kuat. Sepanjang 2024 hingga 2025, Jawa Barat berulang kali dilanda bencana hidrometeorologi dengan korban jiwa dan kerusakan material. Pada 27 Mei 2025, banjir bandang dan longsor di Kabupaten Bandung Barat menyebabkan satu korban meninggal.
Lebih awal, di akhir 2024, banjir dan longsor di Sukabumi dan Cianjur menelan puluhan korban jiwa. Data dari BNPB periode 2-9 Desember 2024 menunjukkan, dari 24 orang meninggal akibat bencana hidrometeorologi di Indonesia, sebagian besar korban berasal dari Banten dan Jawa Barat.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Ungkap 80% Hutan Jawa Barat Rusak, Siapkan Program Rehabilitasi Libatkan Warga

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muhammad Cikal Bintang Sayyid Arrazy

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X