PROJABAR.COM - Jawa Barat meraih prestasi membanggakan dengan dinobatkan sebagai provinsi dengan penurunan stunting terbaik secara nasional. Penghargaan ini diterima dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Penurunan Stunting 2025 di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, pada Rabu, 12 November 2025.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, secara langsung menerima penghargaan dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno. Peristiwa ini menjadi bukti nyata keberhasilan kerja keras dan kolaborasi seluruh jajaran pemerintah daerah.
Baca Juga: Keracunan Pangan Warnai Program Makan Bergizi Gratis, BGN Terbitkan Aturan Baru
Penurunan Angka yang Signifikan
Berdasarkan data resmi, prevalensi stunting di Jawa Barat berhasil ditekan dari 21,7% pada tahun 2023 menjadi 15,9% pada tahun 2024. Artinya, terjadi penurunan sebesar 5,8% dalam waktu hanya satu tahun.
Capaian ini merupakan yang tertinggi di antara semua provinsi di Indonesia. Prestasi Jawa Barat turut mendorong angka stunting nasional untuk pertama kalinya turun di bawah 20%.
Wakil Gubernur Erwan Setiawan menyatakan komitmen kuat untuk terus melanjutkan program ini. "Target kami ke depan adalah zero stunting, tidak ada lagi kasus stunting baru di Jawa Barat," tegasnya.
Strategi Komprehensif Penanganan Stunting
Keberhasilan ini tidak lepas dari strategi penanganan yang menyeluruh. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan bahwa intervensi dilakukan melalui dua pendekatan utama.
Pertama, program spesifik di sektor kesehatan. Program ini mencakup pemberian gizi bagi ibu hamil, pencegahan anemia, dan pemantauan tumbuh kembang balita secara rutin.
Kedua, program sensitif di luar sektor kesehatan. Program ini meliputi perbaikan sanitasi lingkungan, penyediaan air bersih, dan pembangunan fasilitas toilet layak.
Peran Aktif Masyarakat dan Daerah
Di tingkat akar rumput, Dinas Kesehatan Kota Bandung menggalakkan gerakan pencegahan stunting dengan pendekatan praktis ABCDE. Pendekatan ini mudah diingat dan diterapkan oleh masyarakat.
A untuk Aktif minum tablet tambah darah, B untuk Bumil teratur periksa kehamilan, C untuk Cukup konsumsi protein hewani, D untuk Datang ke Posyandu setiap bulan, dan E untuk Eksklusif ASI selama 6 bulan.
Tantangan dan Harapan Ke Depan
Meski berprestasi, Jawa Barat masih menyumbang jumlah balita stunting absolut tertinggi nasional, yaitu 638.000 balita. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Secara nasional, disparitas antar daerah masih sangat terlihat. Provinsi seperti Bali berhasil mempertahankan prevalensi terendah, sementara Nusa Tenggara Timur masih menghadapi prevalensi tertinggi sebesar 37%.
Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, menekankan pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah pusat dan daerah. Target nasional adalah menurunkan prevalensi stunting menjadi 14,2% pada tahun 2029.
Baca Juga: Dapur MBG Wajib Kantongi SLHS, Sanksi Tegas Menanti jika Tak Patuh
Artikel Terkait
Fakta Menarik Soal Keringat Pria yang Bisa Pengaruhi Siklus Menstruasi Wanita, Ini Kata Ahli Biologi!
Kecanduan Gadget Picu Lonjakan Pasien Generasi Z di RSJ Solo, Remaja Makin Antisosial dan Tak Bisa Hadapi Penolakan
Fenomena semut api mendekati api hingga mati ternyata dijelaskan sains, sekaligus jadi cermin perilaku sosial manusia modern.
Studi: Gen Z Jadi Generasi Paling Jarang Konsumsi Alkohol Dibanding Generasi Sebelumnya
Waspadai Bahaya “Sleep Debt”, Hutang Tidur yang Diam-Diam Rusak Kesehatan Tubuh
Kasus Gangguan Mental di Kalangan Remaja Meningkat, Pakar Sarankan Deteksi Dini dan Pendekatan Holistik
Sering Makan Nasi Padang? Ini Dampak Kesehatan yang Perlu Diwaspadai
Refleksi HKN 2025: Dari Keberhasilan Basmi Malaria hingga Tantangan Kesehatan Modern
Keracunan Pangan Warnai Program Makan Bergizi Gratis, BGN Terbitkan Aturan Baru
Dapur MBG Wajib Kantongi SLHS, Sanksi Tegas Menanti jika Tak Patuh