PROJABAR.COM – Prevalensi gangguan mental di kalangan remaja Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 45% dalam tiga tahun terakhir berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2025. Anxiety disorder dan depression menjadi dua kondisi paling banyak ditemukan, terutama pada remaja usia 15-24 tahun di perkotaan.
Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK) Wilayah Jawa Barat, Dr. Hj. Siti Aisyah, M.Psi., mengungkapkan bahwa tekanan akademik, perubahan pola sosialisasi pascapandemi, dan paparan media digital berlebihan menjadi faktor penyumbang utama. "Remaja masa kini menghadapi beban ganda antara tuntutan prestasi dan adaptasi di era digital," ujarnya.
Baca Juga: Waspadai Bahaya “Sleep Debt”, Hutang Tidur yang Diam-Diam Rusak Kesehatan Tubuh
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2025 menunjukkan 1 dari 5 remaja di Jawa Barat mengalami gejala gangguan mental emosional. Namun, hanya 30% yang mencari pertolongan profesional, sementara sisanya cenderung menyembunyikan kondisi atau mengatasi sendiri.
Beberapa sekolah di Jawa Barat telah menerapkan program deteksi dini melalui unit konseling yang diperkuat. SMA Negeri 3 Bandung, misalnya, mengintegrasikan skrining kesehatan mental dalam orientasi siswa baru dan program mentoring berkala. "Kami melatih guru untuk mengenali tanda-tanda awal gangguan mental pada siswa," jelas Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Kesehatan telah meluncurkan aplikasi "SehatJiwa Jabar" yang menyediakan konseling online gratis. "Dalam enam bulan terakhir, aplikasi ini telah menangani 2.500 kasus konseling remaja," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, dr. H. Taufik Hidayat, M.Kes.
Baca Juga: Studi: Gen Z Jadi Generasi Paling Jarang Konsumsi Alkohol Dibanding Generasi Sebelumnya
Psikiater anak dan remaja dari RSHS Bandung, dr. Arief Budiman, Sp.KJ, M.Kes., menekankan pentingnya peran keluarga. "Komunikasi terbuka dalam keluarga menjadi benteng pertama pencegahan gangguan mental pada remaja," tegasnya.
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai orang tua meliputi perubahan pola tidur, penurunan prestasi akademik, penarikan diri dari pergaulan, dan perubahan pola makan yang drastis. "Deteksi dini dapat mencegah kondisi yang lebih serius," tambah dr. Arief.
Universitas Padjadjaran melalui Fakultas Psikologi membuka klinik kesehatan mental remaja dengan layanan terjangkau. "Kami menangani rata-rata 50 remaja per minggu dengan berbagai keluhan, dari anxiety ringan hingga depression," ujar Dekan Fakultas Psikologi Unpad.
Pakar neurosains dari ITB, Prof. Dr. H. Ahmad Fauzi, M.Si., mengingatkan dampak penggunaan gawai berlebihan terhadap kesehatan mental remaja. "Paparan blue light dan konten digital yang tidak terkontrol dapat mengganggu keseimbangan neurotransmiter di otak," jelasnya.
Upaya kolaboratif antara sekolah, keluarga, dan tenaga profesional kesehatan mental dinilai crucial dalam menangani isu ini. Program peer counseling dan mental health awareness yang digagas berbagai komunitas muda juga menunjukkan hasil positif.
Ikuti terus kabar terbaru seputar Jawa Barat hanya di Projabar.com, portal berita yang menyajikan informasi cepat, akurat, dan terpercaya.***
Artikel Terkait
Waspada Lonjakan Influenza A di Musim Hujan 2025, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Bijak Mengatasi Gejala Flu: Panduan Penanganan Rumahan dan Obat yang Tepat
Musim Hujan Tiba, Ini 5 Langkah Efektif Lindungi Keluarga dari DBD
Kejadian Keracunan MBG di Lembang: 133 Siswa Terdampak dan Investigasi Darat Diperkuat
Kualitas Udara Jawa Barat Pagi Ini Terburuk di Indonesia, ISPU Capai 98
Fakta Menarik Soal Keringat Pria yang Bisa Pengaruhi Siklus Menstruasi Wanita, Ini Kata Ahli Biologi!
Kecanduan Gadget Picu Lonjakan Pasien Generasi Z di RSJ Solo, Remaja Makin Antisosial dan Tak Bisa Hadapi Penolakan
Fenomena semut api mendekati api hingga mati ternyata dijelaskan sains, sekaligus jadi cermin perilaku sosial manusia modern.
Studi: Gen Z Jadi Generasi Paling Jarang Konsumsi Alkohol Dibanding Generasi Sebelumnya
Waspadai Bahaya “Sleep Debt”, Hutang Tidur yang Diam-Diam Rusak Kesehatan Tubuh