Fenomena semut api mendekati api hingga mati ternyata dijelaskan sains, sekaligus jadi cermin perilaku sosial manusia modern.

photo author
- Senin, 3 November 2025 | 07:20 WIB
Fenomena Semut Api Dekati Api Hingga Terbakar: Ilmu Sains atau Cermin Sosial Manusia?
Fenomena Semut Api Dekati Api Hingga Terbakar: Ilmu Sains atau Cermin Sosial Manusia?

PROJABAR.COM – Belakangan ini warganet dibuat penasaran oleh fenomena video sekumpulan semut yang terus mendekati api hingga akhirnya terbakar. Sekilas tampak seperti aksi “pengorbanan diri”, namun para peneliti serangga menyebut fenomena itu bukan tekad atau keberanian, melainkan hasil mekanisme alamiah yang terprogram pada sistem saraf dan komunikasi koloni semut api.

Menurut kajian Entomology Research Journal (2020), semut api (Solenopsis invicta) berkomunikasi melalui feromon kimia yang menjadi penanda arah makanan atau bahaya. Ketika satu semut meninggalkan jejak feromon ke satu titik, ribuan lainnya akan mengikuti tanpa banyak keraguan.

Baca Juga: Kecanduan Gadget Picu Lonjakan Pasien Generasi Z di RSJ Solo, Remaja Makin Antisosial dan Tak Bisa Hadapi Penolakan

Masalah muncul ketika jalur tersebut kebetulan mengarah ke sumber panas seluruh koloni dapat bergerak serempak menuju bahaya tanpa menyadarinya.

Fenomena ini diperkuat riset University of Florida (2021) yang menyebut semut api tertarik pada panas karena biasanya menandakan sumber energi atau tempat ideal untuk bertelur. Namun, semut tidak mampu membedakan panas alami dan api buatan. Akibatnya, semakin panas titik tersebut, semakin semut mendekat hingga mati terbakar oleh stimulus yang mereka anggap “benar”.

Secara sosial, Smithsonian Institution (2021) menggambarkan koloni semut sebagai “superorganisme” tanpa kesadaran individu; keputusan diambil melalui sinyal kimia kolektif.

Baca Juga: Fakta Menarik Soal Keringat Pria yang Bisa Pengaruhi Siklus Menstruasi Wanita, Ini Kata Ahli Biologi!

Di luar dunia biologi, fenomena ini menjadi refleksi sosial. Banyak pakar menyebut manusia modern juga hidup dalam “koloni besar” bernama masyarakat, yang bergerak mengikuti opini publik, algoritma media sosial, atau tren massa.

Ketika satu arah dianggap benar, banyak yang ikut tanpa berpikir, hingga terkadang menuju bahaya. Seperti semut api, manusia bisa terus berjalan menuju “api” bukan karena tidak cerdas, tetapi karena kehilangan kemampuan berhenti dan menimbang ulang arah.

Ikuti terus kabar terbaru seputar Jawa Barat hanya di Projabar.com, portal berita yang menyajikan informasi cepat, akurat, dan terpercaya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Al Dira Achmad Arrazib

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X