PROJABAR.COM - Kualitas udara di Jawa Barat pada pagi hari, Kamis (30/10/2025), tercatat sebagai terburuk se-Indonesia. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pukul 08.00 WIB menunjukkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) provinsi ini berada pada angka 98. Angka ini menempatkan Jawa Barat pada kategori kualitas udara "sedang", yang berbatasan langsung dengan ambang "tidak sehat". Posisi kedua dan ketiga untuk kualitas udara terburuk ditempati oleh Banten dengan ISPU 95 dan Kepulauan Riau dengan ISPU 94.
Baca Juga: Kejadian Keracunan MBG di Lembang: 133 Siswa Terdampak dan Investigasi Darat Diperkuat
Daftar Provinsi dengan Udara Terburuk
Berikut adalah 10 besar provinsi dengan indeks kualitas udara terburuk di Indonesia pada Kamis, 30 Oktober 2025 pukul 08.00 WIB:
| Peringkat | Provinsi | Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) |
|---|---|---|
| 1 | Jawa Barat | 98 |
| 2 | Banten | 95 |
| 3 | Kep. Riau | 94 |
| 4 | Sumatera Barat | 88 |
| 5 | Jawa Timur | 87 |
| 6 | Jambi | 86 |
| 7 | Riau | 85 |
| 8 | DKI Jakarta | 80 |
| 9 | Sulawesi Selatan | 76 |
| 10 | Jawa Tengah | 74 |
Apa Itu ISPU dan Dampaknya bagi Kesehatan?
ISPU adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat yang menggambarkan kondisi udara di suatu daerah dengan mengukur tujuh parameter pencemar, termasuk PM10, PM2.5, NO2, dan SO2. Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. 14 Tahun 2020, ISPU 98 yang dialami Jawa Barat masuk dalam rentang 51-100, yang berarti kualitas udara "sedang". Level ini umumnya tidak berbahaya bagi masyarakat luas, namun dapat mulai berdampak pada kesehatan kelompok sensitif, seperti penderita penyakit pernapasan atau lanjut usia.
Jika kualitas udara terus memburuk dan masuk kategori "tidak sehat" (101-200), dampaknya dapat merugikan bagi kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Level yang lebih tinggi lagi, yaitu "sangat tidak sehat" hingga "berbahaya", dapat meningkatkan risiko kesehatan secara serius dan memerlukan penanganan cepat.
Baca Juga: Bijak Mengatasi Gejala Flu: Panduan Penanganan Rumahan dan Obat yang Tepat
Sumber Polusi dan Upaya Penanganan
Masalah polusi udara di Jawa Barat dan wilayah sekitarnya seperti Jabodetabek adalah masalah kompleks. Berbagai laporan menunjukkan sumber pencemaran berasal dari gabungan beberapa sektor. Transportasi disebut sebagai penyumbang utama, diikuti oleh emisi dari industri dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara. Sebuah riset bahkan mengungkap bahwa polusi lintas batas dari PLTU di Jawa Barat dan Banten menyumbang polusi di Jakarta dan menyebabkan kerugian kesehatan yang mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri telah mengimplementasikan sejumlah strategi untuk menekan polusi udara. Langkah-langkah tersebut antara lain penerapan kebijakan Zero Emission Zone di beberapa kantor pemerintahan, pengembangan ruang terbuka hijau, serta mendorong penggunaan transportasi umum berbasis listrik seperti bus listrik dan Metro Jabar Trans. Upaya penegakan hukum berdasarkan Perda Pengendalian Pencemaran Udara juga terus dilakukan.
Dengan tingginya perhatian pada isu ini, koordinasi yang kuat antar daerah dan komitmen semua pihak untuk beralih ke energi bersih menjadi kunci memperbaiki kualitas udara untuk kesehatan masyarakat jangka panjang.
Baca Juga: Musim Hujan Tiba, Ini 5 Langkah Efektif Lindungi Keluarga dari DBD
Artikel Terkait
Riset: Kurang Tidur 2 Jam Saja Bisa Turunkan Daya Ingat Hingga 30 Persen
Riset: Suara Alam Bisa Turunkan Stres Hingga 60 Persen, Lebih Efektif dari Musik Relaksasi
Riset Baru: Jalan Kaki di Alam Terbuka Bisa Turunkan Risiko Depresi Hingga 45 Persen
Wapres Gibran Tinjau Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi Pelajar di Cirebon
Lonjakan Influenza dan Musim Hujan Picu Masyarakat Beralih ke Layanan Telemedicine
Mengenal Telemedicine: Solusi Kesehatan Digital di Ujung Jari dan Tantangannya
Waspada Lonjakan Influenza A di Musim Hujan 2025, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Bijak Mengatasi Gejala Flu: Panduan Penanganan Rumahan dan Obat yang Tepat
Musim Hujan Tiba, Ini 5 Langkah Efektif Lindungi Keluarga dari DBD
Kejadian Keracunan MBG di Lembang: 133 Siswa Terdampak dan Investigasi Darat Diperkuat