PROJABAR.COM - Jakarta. Saat gejala influenza seperti demam, batuk, dan nyeri otor menyerang, penanganan yang tepat dapat mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi. Berbeda dengan selesma biasa, influenza patut diwaspadai karena dapat menimbulkan gejala lebih berat dan komplikasi serius, terutama pada kelompok rentan.
Sebagian besar orang yang terkena flu akan pulih dalam beberapa hari hingga kurang dari dua minggu. Penanganan utama untuk kasus ringan hingga sedang bersifat suportif, yang bertujuan untuk meringankan gejala dan mendukung sistem imun tubuh melawan virus.
Baca Juga: Waspada Lonjakan Influenza A di Musim Hujan 2025, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Protokol Perawatan Rumahan yang Efektif
Berikut adalah langkah-langkah penanganan mandiri yang dianjurkan ketika mengalami gejala flu:
-
Istirahat Total: Tubuh membutuhkan energi untuk melawan infeksi. Beristirahat yang cukup adalah kunci pemulihan.
-
Penuhi Kebutuhan Cairan: Minum air putih, kaldu bening, atau jus yang cukup untuk mencegah dehidrasi, terutama jika disertai demam.
-
Kendalikan Demam dan Nyeri: Obat penurun demam dan pereda nyeri yang dijual bebas, seperti parasetamol atau ibuprofen, dapat digunakan untuk mengatasi demam, sakit kepala, dan nyeri otot.
-
Gunakan Obat Batuk dan Pilek OTC: Obat batuk dan dekongestan dapat membantu meredakan gejala, namun perhatikan aturan pakai dan konsultasikan dengan apoteker untuk penggunaan pada anak-anak.
-
Hindari Penularan: Tetap tinggal di rumah, gunakan masker, dan terapkan etika batuk/bersin dengan menutup mulut menggunakan lengan atas bagian dalam untuk mencegah penyebaran virus ke orang lain.
Baca Juga: Lonjakan Influenza dan Musim Hujan Picu Masyarakat Beralih ke Layanan Telemedicine
Obat Medis dan Peringatan Penting
Pada kondisi tertentu, intervensi medis diperlukan. Dokter mungkin akan meresepkan obat antivirus seperti oseltamivir (Tamiflu) atau zanamivir (Relenza). Obat-obat ini paling efektif jika diberikan dalam 1-2 hari pertama setelah gejala muncul, dan dapat memperpendek durasi sakit, terutama pada pasien dengan risiko komplikasi tinggi.
Perhatian khusus perlu diberikan terhadap penggunaan obat dexamethasone. Obat golongan kortikosteroid ini digunakan untuk meredakan peradangan berat pada kondisi tertentu, namun bukan untuk mengobati influenza biasa. Penggunaan dexamethasone tanpa indikasi dan pengawasan dokter justru dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko komplikasi infeksi.
Efek samping dexamethasone antara lain adalah sakit perut, heartburn, sakit kepala, gangguan tidur, peningkatan nafsu makan, dan yang lebih serius seperti peningkatan gula darah, retensi cairan, hingga peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Penghentian obat ini secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang juga berbahaya dan harus dilakukan dengan penurunan dosis bertahap (tapering off) di bawah pengawasan dokter.
Baca Juga: Mengenal Telemedicine: Solusi Kesehatan Digital di Ujung Jari dan Tantangannya
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Segera cari pertolongan medis jika Anda atau anggota keluarga mengalami tanda-tanda bahaya berikut:
Artikel Terkait
Riset Psikologis: Ternyata Orang yang Sering Curhat Tengah Malam Punya Emosi Lebih Cerdas!
Duduk Terlalu Lama Setara Merokok 10 Batang Sehari, Ini Penjelasan Ahli
Riset Baru Ungkap Hubungan Antara Cahaya Gadget dan Kualitas Tidur: Efeknya Lebih Buruk dari Kafein!
Riset: Kurang Tidur 2 Jam Saja Bisa Turunkan Daya Ingat Hingga 30 Persen
Riset: Suara Alam Bisa Turunkan Stres Hingga 60 Persen, Lebih Efektif dari Musik Relaksasi
Riset Baru: Jalan Kaki di Alam Terbuka Bisa Turunkan Risiko Depresi Hingga 45 Persen
Wapres Gibran Tinjau Pemeriksaan Kesehatan Gratis bagi Pelajar di Cirebon
Lonjakan Influenza dan Musim Hujan Picu Masyarakat Beralih ke Layanan Telemedicine
Mengenal Telemedicine: Solusi Kesehatan Digital di Ujung Jari dan Tantangannya
Waspada Lonjakan Influenza A di Musim Hujan 2025, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya