PROJABAR.COM – Kasus penganiayaan di Jalan Ahmad Yani, Bandung, yang dilakukan oleh anggota geng motor Zeestier beberapa waktu lalu kembali membuka luka lama tentang maraknya geng motor di Kota Kembang.
Namun, di balik aksi brutal dan perusakan yang mereka lakukan, terselip persoalan sosial yang lebih dalammulai dari pengaruh lingkungan, hingga lemahnya kontrol keluarga dan pendidikan.
Baca Juga: Kronologi Geng Motor Zeestier yang Picu Kericuhan: Serang Sekuriti Gym Kawasan Batununggal Saat Merasa “Dipelototi”
Insiden itu terjadi pada Sabtu (25 Oktober 2025) dini hari. Sekelompok anggota geng motor Zeestier yang tengah merayakan ulang tahun ketiga kelompoknya melakukan konvoi usai berpesta miras.
Dalam kondisi mabuk, mereka menyerang petugas keamanan dan pengelola pusat kebugaran di Jalan Ahmad Yani hanya karena merasa dipelototi.
Dari lima pelaku yang ditangkap, dua di antaranya masih berstatus pelajar SMA. Sementara tiga lainnya diketahui merupakan residivis kasus serupa. Fakta ini menimbulkan keprihatinan mendalam, terutama karena usia mereka masih sangat muda namun sudah akrab dengan kekerasan jalanan.
Kapolrestabes Bandung, Komisaris Besar Budi Sartono, mengungkapkan bahwa sebagian besar anggota geng motor bukanlah kriminal profesional, melainkan remaja yang kehilangan arah.“Dua dari lima pelaku masih di bawah umur. Mereka hanya ikut-ikutan senior tanpa tahu konsekuensinya,” ujarnya.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa geng motor tidak lagi sekadar kelompok hobi otomotif, tetapi telah bergeser menjadi wadah pelampiasan emosi dan pencarian identitas sosial. Bahkan dalam banyak kasus, orang tua tidak menyadari anaknya terlibat dalam aktivitas geng motor hingga terjadi tindakan kriminal.
Sementara itu, Pemerintah Kota Bandung menyatakan akan memperluas program pembinaan remaja dan komunitas otomotif agar tidak berkembang menjadi kelompok berbahaya. Langkah tersebut diharapkan bisa menekan angka kekerasan yang melibatkan anak muda di jalanan.
Kasus geng motor Zeestier pun kini menjadi cermin betapa pentingnya sinergi antara aparat, sekolah, dan keluarga. Tanpa kontrol sosial yang kuat, geng motor hanya akan terus beregenerasi melahirkan kembali pola kekerasan yang sama dengan wajah baru setiap tahunnya.***
Artikel Terkait
Gempur Narkotika dan Premanisme: Wajah Penegakan Hukum di Jawa Barat Sepanjang 2025
Gelombang Penegakan Hukum di Jawa Barat: Dari Pengungkapan Narkoba hingga Fenomena Kenakalan Remaja
Jaksa Gadungan Beraksi di OKI, Berpakaian Lengkap dan Ngaku Utusan Kejagung
Motif Ganda di Balik Pembunuhan Karyawati Minimarket oleh Atasannya Terkuak
Judul: Lisa Mariana Resmi Jadi Tersangka Usai Klaim Anaknya Berayah Ridwan Kamil Patah oleh Hasil Tes DNA
Tewas Usai Dipancing Rp700 Ribu, Bocah di Toilet Masjid Majalengka Dibunuh Pelaku Berperilaku Menyimpang
Wanita Bekasi Tipu 58 Korban dengan Kavling Fiktif Syariah, Kerugian Capai Rp3 Miliar
Ayah Tiri di Garut Cabuli Anak Tiri Hingga Hamil 9 Bulan, Aksi Bejak Terungkap Setelah 3 Tahun
Modus Ritual Pengobatan, Dukun di Bandung Cabuli Gadis di Bawah Umur
Kronologi Geng Motor Zeestier yang Picu Kericuhan: Serang Sekuriti Gym Kawasan Batununggal Saat Merasa “Dipelototi”
Polrestabes Bandung Segera Perketat Keamanan Usai Penyerangan Anggota Zeestier, Geng Motor Pembuat Onar Akan Disikat Habis