PROJABAR.COM - Dalam pergaulan dan dakwah, kita pasti pernah menjumpai orang yang keras kepala. Meski sudah diingatkan dengan baik, mereka tetap dalam ketidaktaatan. Lalu, apa sikap yang tepat? Haruskah kita jauhi atau justru terus membujuk?
Al-Qur'an ternyata sudah punya jawabannya. Kitab suci ini memberikan semacam "prosedur standar" atau SOP yang jelas. Petunjuk itu tertuang dalam Surat An-Nisa ayat 63.
Allah SWT berfirman: "Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya."
Ayat ini bagaikan panduan bertahap yang sangat aplikatif. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa kita terapkan.
Langkah 1: Berpaling dan Ambil Jarak
Perintah "berpalinglah" bukanlah bentuk pembencian. Ini adalah strategi untuk menjaga energi dan waktu kita. Daripada energi habis untuk debat kusir, lebih baik dialihkan kepada mereka yang masih mau mendengar.
Ini seperti tindakan "vaksinasi emosional". Kita melindungi hati dan pikiran dari pengaruh negatif dan perdebatan yang tidak produktif. Dengan begitu, ketenangan jiwa kita tetap terjaga.
Langkah 2: Beri Nasihat Perpisahan
Sebelum mengambil jarak, jangan lupakan kewajiban untuk menasihati. Sampaikan nasihat terakhir dengan kata-kata yang baik dan tulus. Siapa tahu, di detik-detik terakhir itu hatinya tersentuh.
Nasihat ini adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai sesama muslim. Kita sudah menyampaikan kebenaran, dan keputusan akhir sepenuhnya ada di tangan mereka dan Allah SWT.
Langkah 3: Ucapkan Kata-Kata yang Membekas
Ini adalah seni komunikasi tingkat tinggi. Jika nasihat biasa tidak mempan, gunakan "qaulan balīgha" atau perkataan yang membekas di jiwa. Kata-kata ini dirancang untuk menembus tembok ego dan membuatnya berpikir ulang.
Bentuknya bisa berupa sindiran halus, metafora, atau bahkan kalimat yang terdengar paradoks. Tujuannya untuk memberi "kejut psikologis".
Contohnya ada dalam Quran Surat An-Nisa ayat 66. Allah menggambarkan kalimat, "Bunuhlah dirimu sendiri!" atau "Keluarlah dari kampungmu!". Secara harfiah, ini aneh. Tapi justru kalimat seperti inilah yang diharapkan bisa membangunkan kesadaran yang tertidur.
Baca Juga: Penggunaan Suara Robot untuk Ajar Baca Al-Qur'an: Di Mana Pijakan Hukumnya?
Artikel Terkait
Al-Qur'an dan Kesehatan Mental Generasi Muda: Menemukan Ketengan di Tengah Gempuran Zaman
Membingkai Cinta yang Bermartabat: Tafsir Tematik Al-Qur'an untuk Generasi Muda
Merancang Masa Depan Karier dengan Inspirasi Al-Qur'an: Bekerja adalah Ibadah
Tafsir Tematik untuk Generasi Muda: Pembebasan atau Hanya Romantisme Baru?
Fenomena Pengajian dan Budaya 'Gus' di Indonesia: Antara Spiritualitas dan Tren Sosial
Agama di Tangan Kapitalis: Ketika Spiritualitas Dijadikan Komoditas
Berkah Ramadhan 1447 H: Estimasi Jadwal Puasa 2026 untuk Warga Jawa Barat
Rekaman untuk Adzan: Antara Efisiensi Teknologi dan Penyimpangan Syariat
Shalat dengan Rekaman Suara: Inovasi atau Penyimpangan? Tinjauan Kritis Fikih
Penggunaan Suara Robot untuk Ajar Baca Al-Qur'an: Di Mana Pijakan Hukumnya?