PROJABAR.COM - Tekanan studi, dinamika pergaulan, dan ketidakpastian masa depan kerap menjadi sumber kecemasan dan stres yang menggerogoti kesehatan mental anak muda masa kini. Dalam menghadapi realita ini, Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup tidak hanya menawarkan konsep abstrak, melainkan juga panduan praktis dan perspektif mendalam untuk mencapai ketenangan jiwa (nafs al-mutmainnah).
Baca Juga: Kita Tak Akan Lama dan Dunia Hanya Fana: Zuhudi jadi Solusi Sebelum Mati!
Konsep kesehatan mental dalam Al-Qur'an telah diulas oleh para ahli. Salah satu penelitian yang menganalisis Surah Al-Hujurat ayat 11 menyoroti pentingnya membangun kesehatan mental perempuan dengan belajar berdiam diri, meditasi diri, tidak mudah berprasangka, dan mampu menerima nasihat. Ini menunjukkan relevansi nilai-nilai Qur'ani dengan kondisi psikologis kontemporer.
Al-Qur'an secara canggih mendeskripsikan dinamika kejiwaan manusia melalui konsep nafs (diri). Frankie Samah, seorang mahasiswa pascasarjana, dalam tulisannya menjelaskan bahwa Al-Qur'an mendeskripsikan tiga keadaan nafs nafs al-ammarah (diri yang memerintahkan pada keburukan), nafs al-lawwamah (diri yang menyesal), dan nafs al-mutmainnah (diri yang tenang). Pemahaman ini membantu anak muda mengenali dan mengelola kondisi emosional mereka, layaknya konsep dalam psikologi modern.
Al-Qur'an juga mengakui secara terbuka realita emosi manusia yang berat, seperti kesedihan mendalam yang dialami Nabi Ya'qub hingga kehilangan penglihatannya, atau tahun kesedihan (Year of Sorrow) yang dialami Nabi Muhammad ﷺ. Pengakuan ini melegakan bagi anak muda bahwa perasaan sedih, cemas, dan kecewa adalah bagian dari kehidupan yang juga dialami oleh para nabi, dan bukanlah tanda lemahnya iman.
Baca Juga: Menyoal Legitimasi Salat Hajat: Antara Tradisi Religius dan Keabsahan Dalil
Sebagai solusi, Al-Qur'an menawarkan sejumlah terapi spiritual. Dalam QS. Ar-Ra'd ayat 28, Allah berfirman, "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". Melalui zikir, doa, dan membaca Al-Qur'an, hati dapat menemukan ketenangannya. Sebuah penelitian terbaru juga menyoroti integrasi spiritualitas Islam dalam psikoterapi, yang mencakup terapi melalui membaca dan memahami makna Al-Qur'an sebagai shifa (penyembuh).
Yang tak kalah penting, Islam mendorong untuk bersikap proaktif dalam mencari kesembuhan. Sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud menyatakan, "Berobatlah, wahai hamba-hamba Allah! Karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit kecuali juga menciptakan obatnya...". Ini menjadi landasan kuat bagi anak muda untuk tidak ragu mencari pertolongan profesional, seperti psikolog atau konselor, ketika beban mental sudah terasa berat dan tidak dapat ditangani sendiri.
Dengan memadukan kekuatan iman, praktik spiritual, dan langkah-langkah medis yang profesional, generasi muda dapat membangun ketahanan mental yang tangguh berlandaskan tuntunan Ilahi.
Baca Juga: Malu dan Sombong, Dua Penghalang Ilmu: Telaah Mendalam Hadits Imam Al-Bukhari
Artikel Terkait
Nabi Isa AS: Mukjizat Kelahiran dan Dakwah Kasih Sayang
Nabi Muhammad SAW: Penutup Para Nabi dan Cahaya Terakhir bagi Umat Manusia
Hikmah dan Pesan Universal dari Kisah 25 Nabi dan Rasul dalam Islam
Pentingnya Ketaatan kepada Rasulullah: Bukan Sekadar Iman, tapi Jalan Hidup
Ijtihad: Ketika Usaha Tulus Dihargai, Meskipun Hasilnya Keliru
Bukti Cinta kepada Allah: Dari Klaim Menjadi Kenyataan
Bermaksiat dengan Alasan Takdir - Mengapa Alasan Ini Keliru?
Menyoal Legitimasi Salat Hajat: Antara Tradisi Religius dan Keabsahan Dalil
Malu dan Sombong, Dua Penghalang Ilmu: Telaah Mendalam Hadits Imam Al-Bukhari
Kita Tak Akan Lama dan Dunia Hanya Fana: Zuhudi jadi Solusi Sebelum Mati!