Rupiah Menguat di Tengah Pelemahan IHSG: Pasar Respons Keputusan Fed dan Antisipasi Risiko Domestik

photo author
- Jumat, 12 Desember 2025 | 08:12 WIB
Pekerja menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.)
Pekerja menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.)

PROJABAR.COM - Pasar keuangan Indonesia mencatat performa beragam pada penutupan perdagangan Kamis, 11 Desember 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tajam, sementara nilai tukar Rupiah justru menguat terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) di tengah pelemahan indeks dolar AS secara global.
Baca Juga: Kredit Bank Mandiri di Jawa Barat Tumbuh 14,7%, Kalahkan Rata-Rata Pasar

Peristiwa ini menunjukkan sentimen pasar yang terbelah. Di satu sisi, pelemahan dolar AS pasca keputusan Federal Reserve (The Fed) memberikan dukungan bagi aset risk-on seperti mata uang negara berkembang. Di sisi lain, tekanan jual di pasar saham domestik merefleksikan kekhawatiran investor terhadap faktor-faktor spesifik dalam negeri dan ketidakpastian global.

Pelaku utama dalam dinamika ini adalah The Fed sebagai bank sentral AS yang menetapkan suku bunga acuan, investor asing dan domestik di pasar modal Indonesia, serta pelaku pasar valuta asing. Keputusan The Fed berdampak langsung pada aliran modal global dan nilai dolar AS.

Lokasi kejadian berpusat di pasar keuangan Indonesia, khususnya Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk perdagangan saham dan pasar valas antar bank untuk transaksi Rupiah. Pengaruhnya bersumber dari kebijakan moneter yang ditetapkan di Washington D.C., AS.

Waktu peristiwa terjadi pada perdagangan Kamis, 11 Desember 2025. Data menunjukkan IHSG ditutup pada pukul 15.00 WIB di level 8.581,94, sedangkan Rupiah menguat ke posisi Rp16.665 per dolar AS.

Penyebab melemahnya IHSG terutama dipicu aksi jual besar-besaran pada saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) seperti Telkom Indonesia (TLKM) dan Bank Central Asia (BBCA). Kedua saham ini berkontribusi signifikan terhadap penurunan indeks. Sementara itu, pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang turun 0,12% menjadi angin segar bagi penguatan Rupiah.

Mekanisme penguatan Rupiah terjadi seiring dengan keputusan The Fed yang kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Kebijakan rate cut ketiga pada tahun 2025 ini mengurangi daya tarik aset berdenominasi dolar dan mendorong aliran modal ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meski menguat, pergerakan Rupiah sepanjang hari itu tidak linier. Mata uang nasional sempat dibuka lebih kuat namun penguatannya menyusut di sepanjang sesi perdagangan, bergerak dalam rentang Rp16.630 hingga Rp16.680 per dolar AS.

Di pasar surat berharga negara (SBN), imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tercatat sedikit melandai menjadi 6,189%. Penurunan yield ini mengindikasikan kenaikan harga SBN yang masih dicari investor sebagai instrumen safe haven di tengah volatilitas pasar saham.

Pasar keuangan domestik diperkirakan masih akan volatil. Investor terus memantau perkembangan lebih lanjut dari The Fed yang memberi sinyal kemungkinan jeda pemangkasan suku bunga ke depan, serta mengantisipasi dampak potensial dari isu-isu domestik terhadap stabilitas ekonomi.
Baca Juga: Makanan Sering Lengket di Wajan? Ini 5 Solusi Ampuh & Cara Belanja Wajan Anti-Lengket Terbaik!

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhammad Cikal Bintang Sayyid Arrazy

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X