Di Balik Stabilitas Harga Beras: Tantangan Petani dan Peran Bulog

photo author
- Sabtu, 18 Oktober 2025 | 11:55 WIB
Di Balik Stabilitas Harga Beras: Tantangan Petani dan Peran Bulog (ilyas daud sirojul huda)
Di Balik Stabilitas Harga Beras: Tantangan Petani dan Peran Bulog (ilyas daud sirojul huda)

PROJABAR.COM - Klaim pemerintah mengenai surplus beras nasional pada 2025 menuai respons berbeda dari kalangan petani. Meski pemerintah menjamin stok beras dalam kondisi aman, para petani di akar rumput menyatakan bahwa klaim tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kondisi yang mereka alami, terutama terkait dengan harga gabah.

Baca Juga: Harga Cabai dan Bawang Anjlok, Beras Stabil di Jawa Barat

Zulfikar (28), seorang petani muda asal Indramayu, Jawa Barat, menyoroti ketimpangan antara data pemerintah dan realitas di lapangan. "Kalau surplus betulan, mestinya harga stabil dan petani sejahtera. Tapi yang terjadi malah sebaliknya: harga gabah rendah, beras mahal, dan impor jalan terus," ujarnya dalam sebuah aksi di Jakarta, Kamis (16/10/2025).

Ia mengungkapkan, Bulog hanya menyerap sebagian kecil dari total gabah yang dihasilkan petani. "Dari sekitar 15 juta ton gabah yang dihasilkan petani, hanya 3 juta ton yang diserap Bulog. Sisanya dikuasai pengusaha besar," katanya. Menurut Zulfikar, petani sering kali lebih memilih menjual gabah ke tengkulak yang menawarkan harga sekitar Rp8.000 per kilogram, lebih tinggi daripada harga pembelian Bulog yang sekitar Rp6.500 per kilogram.

Baca Juga: IFG dan Anggota Holding Salurkan Bantuan Pendidikan bagi Anak Prajurit TNI AD

Sementara itu, dari sisi logistik, stok beras pemerintah dinyatakan aman. Kunjungan kerja Anggota Komisi XII DPR RI, Rocky Candra, ke Perum Bulog Kanwil Jambi pada Selasa (14/10/2025) mengonfirmasi kesiapan stok. Kepala Bulog Kanwil Jambi, Ali Ahmad Bajih Amsari, memaparkan bahwa posisi stok beras hingga Oktober 2025 mencapai 13.230 ton, yang dipastikan aman hingga akhir tahun.

Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, sebelumnya telah menyoroti fenomena "anomali pangan" ini, dimana klaim stok beras yang tinggi justru berbanding terbalik dengan harga eceran yang melambung di pasaran, bahkan melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).

Kondisi ini mengindikasikan bahwa stabilitas harga beras di tingkat konsumen tidak hanya bergantung pada ketersediaan stok, tetapi juga pada efektivitas distribusi dan penyerapan hasil panen petani.

Baca Juga: Warga Cisomang Tewas Saat Lerai Keributan antara Nasabah dan Debt Collector

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muhammad Cikal Bintang Sayyid Arrazy

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X