ekonomi

BOJ Akhiri Era Suku Bunga Ultra-Rendah, Naikkan ke Level Tertinggi Sejak 1995

Sabtu, 20 Desember 2025 | 10:15 WIB
Bank Sentral Jepang Mengakhiri Era Suku Bunga Negatif (Twitter @iqtradegroup)

PROJABAR.COM - Bank Sentral Jepang (BOJ) secara resmi mengakhiri periode suku bunga ultra-rendah yang berlangsung puluhan tahun. Pada Jumat, 19 Desember 2025, dewan kebijakan memutuskan menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi dalam tiga dekade, sebuah langkah bersejarah yang mengonfirmasi pergeseran paradigma kebijakan moneter Negeri Matahari Terbit.

Keputusan kenaikan sebesar 25 basis poin menjadi 0.75% ini diambil secara bulat oleh sembilan anggota dewan yang dipimpin Gubernur Kazuo Ueda. Langkah ini mencerminkan keyakinan bank sentral bahwa sasaran inflasi stabil sebesar 2% semakin dalam jangkauan, didorong oleh kenaikan upah berkelanjutan dan tekanan harga yang bertahan.
Baca Juga: UMP 2026 Jawa Barat Diproyeksi Naik 4,79%-6,87%, Formula Baru Pemerintah Ditolak Serikat Pekerja

Respons Pasar dan Arah Kebijakan

Pasar telah sepenuhnya mengantisipasi keputusan ini. Nilai tukar Yen Jepang justru melemah tipis ke level 156.16 per Dolar AS setelah pengumuman, menunjukkan reaksi "beli rumor, jual faktanya". Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB) tenor 10 tahun naik dan menembus level 2% untuk pertama kalinya sejak 2006.

Dalam pernyataannya, BOJ menegaskan bahwa suku bunga masih berada pada "level yang sangat rendah" dan siklus pengetatan dapat berlanjut jika prospek ekonomi terwujud. Pernyataan ini ditafsirkan analis sebagai sinyal bahwa bank sentral masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut menuju tingkat yang dianggap netral bagi perekonomian.

Landasan Ekonomi yang Kokoh

Keputusan bersejarah ini didukung oleh data ekonomi yang solid. Indikator utama harga konsumen (inflasi inti) tercatat naik 3% pada November 2025, yang berarti inflasi telah bertahan di atau di atas target BOJ selama 44 bulan berturut-turut. Momentum kenaikan upah juga terjaga, dengan serikat pekerja menetapkan target yang sama ambisiusnya dengan tahun sebelumnya yang menghasilkan kenaikan bersejarah.

Gubernur Kazuo Ueda dijadwalkan menggelar konferensi pers untuk menjelaskan pertimbangan keputusan dan arah kebijakan ke depan. Fokus utama akan tertuju pada pandangannya mengenai tingkat suku bunga netral yang menjadi tujuan akhir normalisasi kebijakan.

Posisi Unik di Panggung Global

Langkah BOJ menempatkannya sebagai pengecualian di antara bank sentral global utama pada 2025. Sementara The Fed (Bank Sentral AS) telah memangkas suku bunga tiga kali tahun ini, BOJ justru melakukan pengetatan. Meski begitu, suku bunga Jepang tetap jauh lebih rendah daripada tingkat inflasinya, berbeda dengan AS di mana suku bunga lebih tinggi dari inflasi.

Pelemahan Yen yang berkepanjangan, dengan nilai tukar saat ini di sekitar 156 per dolar dibanding rata-rata 20 tahun sebesar 111.61, menjadi salah satu tekanan yang mendorong normalisasi kebijakan. Penyempitan selisih suku bunga dengan AS yang mencapai 125 basis poin sepanjang tahun ini diharapkan dapat memberikan dukungan bagi mata uang Yen dalam jangka panjang.

Jalan Menuju Normalisasi

Mantan direktur eksekutif BOJ, Kazuo Momma, memperkirakan bank sentral akan melanjutkan kenaikan dengan ritme sekitar sekali setiap enam bulan. Proyeksi tersebut membuka peluang dua kali kenaikan pada 2026 dan satu lagi di 2027, hingga suku bunga mencapai level sekitar 1.5%.

Keputusan ini menandai babak akhir dari kebijakan moneter ultra-longgar yang diterapkan Jepang untuk memerangi deflasi selama beberapa dekade. Langkah BOJ kini mengarah pada normalisasi penuh, menutup salah satu babak paling luar biasa dalam sejarah kebijakan moneter global modern.
Baca Juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 4,75%, Fokus pada Stabilitas Rupiah dan Momentum Pertumbuhan

Tags

Terkini