PROJABAR.COM – Sebuah museum bertema serangga di Beijing, China, menawarkan menu kopi tidak biasa yang dicampur dengan tubuh kecoak dan ulat kuning kering. Minuman kontroversial ini dijual seharga 45 yuan atau setara Rp105.994 per cangkir dan menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Kopi dengan campuran serangga ini pertama kali diluncurkan pada akhir Juni 2025 dan kembali viral setelah unggahan pengunjung museum menyebar di berbagai platform digital. Minuman tersebut memicu debat publik mengenai batas-batas inovasi dalam industri kuliner.
Baca Juga: Puluhan Anak Pengungsi Semeru Kembali Ceria Berkat Trauma Healing dari Polres Lumajang
Menurut keterangan staf museum, bahan-bahan serangga tersebut dibeli dari toko ramuan pengobatan tradisional China sehingga dijamin keamanannya. Dalam teori pengobatan tradisional TCM, tubuh kecoak dipercaya dapat membantu sirkulasi darah, sementara cacing tepung dianggap baik untuk kekebalan tubuh.
Respons masyarakat terhadap inovasi kuliner ini beragam. Sebagian merasa penasaran dan tertarik mencoba, sementara lainnya mengungkapkan rasa jijik dan kekhawatiran terhadap aspek kesehatan dan kebersihan minuman tersebut.
Museum tersebut dikenal dengan tema serangga yang konsisten dalam seluruh aktivitasnya. Kedai kopi ini menjadi bagian dari pengalaman edukatif pengunjung yang ingin mengetahui lebih jauh tentang dunia serangga.
Baca Juga: Kilang Terbesar RI Siap Beroperasi Penuh, Pemerintah Targetkan Swasembada Solar dan Avtur 2026
Para ahli kuliner menyoroti pentingnya standardisasi keamanan pangan untuk produk-produk inovatif semacam ini. Meskipun memiliki nilai tradisional, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai dampak kesehatan konsumsi serangga dalam bentuk minuman.
Pihak museum memastikan bahwa semua bahan telah melalui proses pengolahan yang memenuhi standar kebersihan. Mereka juga memberikan informasi lengkap kepada konsumen tentang kandungan dan potensi manfaat minuman tersebut.
Inovasi kuliner ini mencerminkan tren global dalam eksplorasi sumber pangan alternatif. Serangga mulai dipertimbangkan sebagai bahan pangan berkelanjutan di masa depan.
Ikuti terus kabar terbaru seputar Jawa Barat hanya di Projabar.com, portal berita yang menyajikan informasi cepat, akurat, dan terpercaya.***
Artikel Terkait
Rp 300 M yang Dipamerkan KPK Ternyata Pinjaman Bank: Dipinjam Pagi, Dikembalikan Sore
Ketegangan China-Jepang Memanas: Taiwan di Pusat Diplomasi dan Retaliasi
Fakta di Balik Ledakan SMAN 72: Aktivitas Ekskul KIR Jadi Dalih, Grup True Crime dan Dark Web Jadi Inspirasi
Korban Eksibisionisme di Benhill Dapat Perlindungan Tak Terduga dari Petugas Damkar
Indonesia Peringkat Pertama Negara yang Nilai Kesejahteraan Bukan Hanya dari Uang
Kilang Terbesar RI Siap Beroperasi Penuh, Pemerintah Targetkan Swasembada Solar dan Avtur 2026
Satpol PP Cianjur Gelar Sidang Tipiring bagi PKL Bandel di Kawasan Bomero Citywalk
Minyak Jelantah Program Makan Bergizi Gratis Diekspor ke Singapore Airlines dengan Harga Dua Kali Lipat
Jokowi Paparkan Capaian Satu Dekade Kepemimpinan di Bloomberg New Economy Forum Singapura
Puluhan Anak Pengungsi Semeru Kembali Ceria Berkat Trauma Healing dari Polres Lumajang