Viral vs Prestasi: Polemik Pemberian Bantuan ke Bocah 'Aura Farming' Sementara Atlet PON Terabaikan

photo author
- Senin, 14 Juli 2025 | 23:34 WIB
Viral vs Prestasi: Polemik Pemberian Bantuan ke Bocah 'Aura Farming' Sementara Atlet PON Terabaikan
Viral vs Prestasi: Polemik Pemberian Bantuan ke Bocah 'Aura Farming' Sementara Atlet PON Terabaikan

PROJABAR.COM - Para atlet Pekan Olahraga Nasional (PON) asal Riau mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap kebijakan Gubernur Riau, Syamsuar, yang memberikan bantuan pendidikan senilai Rp 20 juta kepada Rayyan Arkan Dikha (11), seorang anak yang viral karena gerakan "aura farming" saat tampil dalam tradisi Pacu Jalur di Kuantan Singingi (Kuansing). Selain menerima bantuan finansial, Rayyan juga diangkat sebagai Duta Pariwisata Riau karena dianggap berjasa mempromosikan budaya lokal melalui video tariannya yang tersebar luas di media sosial. Namun, keputusan ini menuai protes dari para atlet Riau yang hingga kini belum menerima bonus atas prestasi mereka di PON Aceh-Sumatera Utara 2024.  

Latar Belakang Kontroversi

Pacu Jalur merupakan tradisi budaya masyarakat Riau yang telah diwariskan turun-temurun. Rayyan Arkan Dikha menjadi sorotan setelah video tariannya dengan gerakan "aura farming"—sebuah tren di media sosial—menjadi viral. Gubernur Riau melihat momentum ini sebagai peluang untuk mempromosikan pariwisata daerah, sehingga memberikan apresiasi dalam bentuk bantuan pendidikan dan mengangkat Rayyan sebagai Duta Pariwisata.  

Di sisi lain, atlet Riau yang berhasil meraih medali di PON 2024 merasa diabaikan. Mereka menilai pemerintah provinsi lebih cepat merespons fenomena viral dibandingkan menghargai prestasi olahraga yang membutuhkan perjuangan keras. Beberapa atlet mengaku belum menerima insentif yang dijanjikan, padahal kontribusi mereka di ajang nasional turut memajukan nama Riau di kancah olahraga Indonesia.  

Baca Juga: Babak Baru Kematian Diplomat Arya: Sorotan Publik pada CCTV Berbeda Sudut, Polda Metro Jaya Buka Suara

Reaksi Para Atlet dan Dukungan Publik

Sejumlah atlet PON Riau menyuarakan protes melalui media sosial dan wawancara dengan wartawan. Mereka mempertanyakan alasan pemerintah lebih memprioritaskan bantuan kepada seorang anak yang viral dibandingkan memenuhi hak atlet berprestasi. "Kami berlatih bertahun-tahun, berkorban waktu dan tenaga, tapi penghargaan justru diberikan kepada yang hanya karena tren sesaat," ujar salah satu atlet yang enggan disebutkan namanya.  

Dukungan publik pun terbelah. Sebagian masyarakat memahami bahwa promosi budaya melalui figur viral seperti Rayyan bisa mendongkrak pariwisata. Namun, banyak juga yang berpihak pada atlet, menganggap pemerintah tidak adil dalam mendistribusikan apresiasi. "Kalau Rayyan dapat Rp 20 juta, seharusnya atlet yang dapat medali di PON juga diberi bonus yang layak," komentar seorang warganet.  

Respons Pemerintah Provinsi Riau

Menanggapi kritik tersebut, perwakilan pemerintah Riau menjelaskan bahwa pemberian bantuan kepada Rayyan tidak mengurangi komitmen mereka terhadap atlet. "Ini adalah dua hal berbeda. Rayyan dihargai karena kontribusinya mempromosikan budaya, sedangkan bonus untuk atlet sedang dalam proses pencairan," kata seorang pejabat Dinas Pemuda dan Olahraga Riau.  

Baca Juga: Trump-Putin Teleponan, Perang Ukraina Tak Reda: AS Siap Jatuhkan Sanksi Baru

Namun, penjelasan ini belum sepenuhnya meredakan kekecewaan atlet. Mereka menuntut transparansi dan kejelasan waktu pencairan bonus, mengingat PON 2024 telah usai beberapa bulan lalu. Beberapa atlet bahkan mengancam akan mengurangi partisipasi dalam event nasional jika pemerintah terus mengabaikan kesejahteraan mereka.  

Pentingnya Keseimbangan Apresiasi

Kasus ini menyoroti perlunya kebijakan yang seimbang antara apresiasi terhadap konten viral dan penghargaan atas prestasi nyata. Pemerintah seharusnya mampu memprioritaskan keduanya tanpa mengorbankan salah satu pihak. Fenomena viral seperti Rayyan memang bisa menjadi alat promosi yang efektif, tetapi atlet yang berjuang membawa nama daerah juga layak mendapat perhatian serius.  

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Salman Annajibi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X